Cerita Dewasa 2018 Mobil Ertiga putih sukses parkir di ruang parkir yang telah kusediakan. Beberapa orang turun dari mobil tersebut.
“Rame mas” kata sang bapak yg terlihat rambutnya rata dengan uban.
“Lumayan pak, tapi masih ada tempat yang kosong kog” jawabku.
Setelah itu aku kembali menjaga lahan parkir dan duduk di kursi plastik sambil menyeruput kopi panas yang kubeli dari warung kopi dekat kedai makan itu. Tak lama kemudian wanita yang kuperhatikan tadi datang menghampiri mobil Ertiga yang ditumpanginya dengan agak berlari sehingga membuat payudaranya berayun ayun indah. Siapa sangka kalau ternyata payudaranya lumayan besar dan terlihat kencang serta menantang untuk diremas.
Aku berdiri seraya bertanya
“Ada apa mbak kog lari-lari?” tanyaku.
“Ini mas, kayaknya kunci mobil tertinggal di dalam deh” jawabnya dengan wajah panik.
Mbaknya kaget saat tubuhnya kuhimpit dengan badanku.
“Pinjam senternya sebentar ya mas?” katanya tanpa risih maupun marah atas kelakuanku.
Kusodorkan senter itu tanpa melonggarkan himpitan badanku tapi malah lebihku tekankan daerah kejantananku ke pantatnya.
“Tuh benerkan kuncinya tertinggal di dalam” katanya.
Aku semakin menghimpitnya dan ikut melihat kunci yang masih tergantung di bawah kemudinya.
“Kog bisa tertinggal sih mbak” kataku sambil menghirup parfum tubuhnya.
Dengan berbekal ilmu yang kupunya, aku mencoba mengaitkan kawat tadi di sela-sela kaca jendela. “Ceklekkk!”
“Nah, sudah bisa dibuka nih” kataku sambil menarik tuas pintu mobil itu. Semua keluarga itu tersenyum lega .
“Hebat mas, makasih ya” kata mas mas yang umurnya seumuran denganku.
“Sama-sama mas” jawabku.
“Sudah selesai makan malamnya…udah dicek tidak ada barang yang ketinggalankan?” tanyaku.
“Ehhmm…kalo barang sih kayaknya ga ada yang tertinggal mas, cuma istri saya yang masih di dalam katanya mau ketemu pembeli di kedai ini, jadi kami tinggal. Biar nanti dia pulang naik go-jek aja” tegas pria yang ternyata suami dari wanita berjilbab yang aku cabuli tadi.
“O..begitu..ini mau kearah mana pak?” tanyaku.
“Ke kanan ya mas” jawab bapak beruban itu.
Setelah semua penumpang masuk, aku mengarahkan mobil sesuai tujuan dan ternyata mereka memberiku uang 50ribu sebagai rasa terima kasih.
“Waahh…makasih banyak mas” kataku kepada pria yang sedang menyupir.
Bos, saya pulang dulu ya, diluar udah beres semua” kataku pada pemilik kedai tersebut.
“Oke…makasih bro” jawabnya sambil memberiku kantong plastik sebagai jatah makan malam.
“Sama-sama bos, sampai ketemu besok” kataku.
Aku berjalan menuju parkiran motorku lalu menungganginya dan menyalakan mesinnya. Saat ingin meninggalkan tempat itu aku melihat ada taksi berhenti rupanya taksi tersebut menjemput 3 wanita yang salah satunya wanita berjilbab tersebut. Tapi setelah taksi berlalu ternyata wanita berjilbab tidak ikut masuk. Dia masih berdiri sambil memainkan hpnya. Iseng-iseng aku menghampirinya.
“Selamat malem mbak, kog ga pulang bareng taksi tadi” tanyaku sopan.
“Ga mas, saya lagi nunggu GO-JEK nih” jawabnya.
“O…sebaiknya nunggu di dalam aja mbak biar aman” saranku
“Ga ah mas disini aja lagian ga enak sama pemiliknya” jawabnya sambil tersenyum manis
“Ya udah kalo gitu biar saya temeni di luar sini ya” kataku berbasa-basi.
“Boleh mas, asak masnya ga keberatan” katanya.
“Oh ga kog mbak, mbaknya ga berat kog hehehe…” candaku.
“Hahahha…” tawanya.
“Malem pak bos” sapaku pada para satpam
“Iya malem mas” jawabnya kompak.
“Ini rumah saya mbak, mau mampir dulu mbak” tanyaku basa-basai.
“Besok aja mas ini kan udah malem” jawabnya.
Setelah rumahku terlewat aku harus memotong jalan. Maka aku harus lewat jalur lapangan badminton di komplek ini.
Lapangan sungguh gelap karena malam ini tak ada kegiatan badminton. Apalagi kanan kiri lapangan ini hanya rumah kosong yang terbengkalai karena belum ada pembelinya. Tiba-tiba hp si mbak berdering, aku menghentikan laju motor di tengah lapangan badminton ini. Dia turun untuk mengangkat telfon dengan agak menjauhiku. Kumatikan mesin motorku. Setelah dia selesai menerima telfon dia kembali ke arahku.
“Gelap banget mas, kenapa mesin motornya dimatiin?” tanyanya sedikit panik.
“Biar g ganggu mbak nerima telfon” jawabnya.
“Oh gitu, ya udah kita lanjutin yuk, aku takut sama tempat sepi dan gelap” katanya sambil meremas lenganku. Sialnya dia juga merapatkan dadanya di lenganku juga. Rasa kenyal dan empuk aku nikmati meski sebentar.
Pagi harinya aku dikejutkan dengan suara berisik di pintu pagar rumahku. Ternyata wanita berjilbab yang sedari tadi berisik di pintu pagar.
“Ada apa mbak pagi-pagi sudah sampai sini” sapaku
“Kemana aja sih dari tadi aku gedor pintunya ga ada jawaban” kata wanita tersebut dengan sewot.
“Maaf mbak masih tidur” kataku sambil membuka pintu pagar dan mempersilahkan nya masuk.
“Jam segini masih tidur?” imbuhnya saat masuk kedalam ruang tamu.
“Hehehe iya mbak, silakan duduk mbak” jawabku.
“Iya makasih, oya mas ini ada sarapan buat kamu” katanya.
“Wah ngrepotin nih mbak…mbok ya setiap hari kayak gini hahaha…” gurauku.
“Yeee…maunya” ucapnya.
“Oya, mbak mau minum apa biar aku bikinkan” kataku.
“Udah ga usah makasih” katanya sambil melihat kearah batang kejantananku yang menonjol karena kebiasaan anak laki laki di pagi hari. Saat itu aku hanya memakai celana sepak bola dari bahan jersey yang agak kekecilan.
Saat aku melihat jam dinding ternyata sudah pukul 9 pagi dan kulihat dia semakin serius memandang batang kontolku yang menegang dan bersembunyi di balik celana yang tak bercelana dalam itu.
“Sudah lama mbak?” tanyaku.
“Apanya?” tanyanya balik sambil terpaku melihat ereksiku
“Lihat batangku” kataku to the point.
“Lumayan…gede juga ya?” jawabnya.
“Eh…maaf maaf…” imbihnya sambil menutup matanya.
“Hehehe…” jawabku.
“Ya udah kalo gitu aku pamit dulu ya” katanya sambil bangkit dan berjalan melewatiku. Ingin rasanya menghentikan dia, tapi karena aku masih berpikiran jernih jadi kubiarkan dia pergi. Mataku hanya menatap bongkahan pantat semoknya yang menjauh dari pandanganku. Aku kembali duduk dan membuka rantang yang dia berikan tadi. Segeraku santap lalu kembali ke kamar tidur untuk melanjutkan istirahat.
Kutatap seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah. Saat mataku tengah menatap bagian bawahnya aku menelan ludah.
Dia hanya memakai hotpants berbahan jersey sangat pendek berwarna putih, terlihat lipatan garis di pangkal pahanya yang menandakan ia tak memakai celana dalam. Kedua tangannya memakai sarung tangan kaos dan menggenggam gunting tanaman di tangan kirinya.
“Lagi berkebun ya mbak” tanyaku mengalihkan pandangan sebelum ketahuan kalau aku menatap gundukan memeknya.
“Iya nih buat kesibukan” jelasnya.
Pagar rumahnya cukup tinggi jadi saat kami ngobrol tak terlihat oleh tetangga di dekat rumahnya. Dia melemparkan gunting tanaman ke arah ember plastik lalu membuka sarung tangannya.
“Ada apa mas?” tanya dia.
“Nih mbak ,au mgembalikin rantang” jawabku.
“Oya masuk yuk mas…” katanya sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
“Wow, pantatmu semok banget sih mbak?” kataku spontan.
“Apa mas?” tanyanya masih dengan menungging.
Tanpa menjawab terlebih dahulu, aku mendekatinya lalu berjongkok untuk mendekatkan mukaku ke pantatnya sambil berkata,
“Kamu seksi sekali mbak, membangkitkan nafsuku” kataku. Tanpa basa basi kubenamkan mukaku sambil memegang kedua pinggulnya dengan tanganku.
“Aaahh….jangan masss…” katanya kaget. Tapi anehnya dia tak sedikitpun mencoba menghindar. Kuhisap dalam-dalam bau panta nya yang beraneka aroma itu lalu dengan sigap kedua tanganku aktif meraba paha dan sekitarnya.
“Udah mas hentikan” pintanya. Karena hidungku sudah kenyang menghirup aroma pantatnya aku menyudahi perbuatanku lalu berdiri guna melepas celana jins belelku serta celana dalamku yang bolong.
“Aahhh…maass…jangan maaasss…” elaknya manja.
“Habisnya mbak seksi banget sih…akunya jadi terangsang donk” kataku sambil meremas susunya dari luar kaosnya.
Dia menggeliat hingga pantat semoknya bergesekan mesra dengan kontolku.
“Suamimu kalo pulang jam berapa mbak?” tanyaku sambil membuka kaitan bhnya.
“Ga tentu maaaasss…” jawabnya manja sambil membantu membuka bh.
Aku langsung menikmati putingnya yang sebesar kacang atom itu dengan beringas.
“Sssthhh…aahhh…enak maasss…” desahnya. Tak menyiayiakan waktu aku memegang kedua bahunya untukku tekan kebawah agar ia berjongkok. Rupanya dia paham maksudku, dengan cepat dia pun meraih batang kontolku lalu mengulum mesra dari ujung hingga pangkal nya. Tak hanya itu buah pelirku pun dia mainkan seperti bermain bola pingpong. Aku yang diperlakukan seperti itu hanya bisa mendesah menahan nikmat. Hawa dingin dari kulkas yang terbuka menambah sensasi tersendiri dalam permainan ini. Lima menit kemudian aku menghentikan kulumannya yang semakin mantab itu.
“Udah ya mbak” kataku sambil mengangkat tubuhnya berdiri.
“Kenapa mas,,,ga enak ya?” katanya sambil mengelap lelehan liur di bibirnya.
“Enak banget kog, sekarang gantian aku mau jilati memek kamu” kataku sambil jongkok untuk menarik turun hotspant miliknya yang terlihat basah di area miss v nya. Celana sudah terlepas dan memeknya langsung kujilati. Jembutnya lebat sekali hingga saat aku menyedoti bibir memeknya ada yang ikut ku sedot.
Setelah memeknya basah kuyup aku berdiri guna mengarahkan kontolku untuk masuk ke lubang memeknya.
“Ke kamar aja yuk mas” pintanya.
“Udah disini aja” kataku. Ku gesek gesekan kepala kontolku disela-sela lipatan bibir memeknya lalu tanpa halangan yang berat aku mendorongnya dan masuklah semua kontolku. “Sleeeppp….”
Genjotanku semakin kupercepat. Kedua tangannya menopang pada pintu kulkas dan bagian frezzernya (kulkasnya dua pintu, atas dan bawah ). Susunya kenyalnya bergoyang-goyang indah dan sesekali kuremasi meski terasa dingin.
“Aaahhh…maaasss…aku mau pipisss…” teriaknya lirih.
“Pipisin aja mbak…” kataku sambil terus menggenjot memeknya.
Setelah kugenjot dan kugoyang sekitar 5 menit. Kontolku menunjukkan tanda-tanda ingin muncrat.
“Aku mau keluar mbak, tumpahin di dalam memek kamu ya mbak” kataku.
“Terseraaahhhh…aaahhh…” desahnya. Dan lalu ” Crooot…crooot…crooott…” Menyemburlah seluruh sperma hangatku di dalam memeknya. Tubuhnya kembali bergetar. Aku memeluknya erat di bagian perutnya. Sengaja aku tak langsung melepas kontolku. Dia sedikit menghadapku dengan membelai rambut ikalku.
“Makasih ya mas” ucapnya.
“Sama-sama mbak cantik nan seksi” balasku.
“Wah telat parkir nih” gumamku.
Tak lama dia datang dengan busana gamis komplit dengan hijabnya.
“Kog makai jilbab” tanyaku.
“Biar suamiku ga marah pas dia dateng” jelasnya.
Aku hanya mengangguk
“Soalnya kalo ada tamu, aku wajib berhijab” tambahnya.
“Hahaha…padahal habis dicabuli sama tukang parkir” kataku menggoda.
“Hussshhh…” katanya.
Kami terlibat lagi ngobrol ngalor ngidul sampai dia curhat kalau mereka belum dikaruniai momongan setelah 5 tahun menikah.
“Wah, enatar kalo hamil gimana?” tanyaku.
“Ya bersyukur donk, meskipun hamil demgam kamu mas” jawabnya sambil mencubitku.
Karena petang mulai datang aku berpamitan setelah berhasil memeluk dan mencium bibirnya.
“Ya udah aku berangkat parkir dulu ya” pamitku.
“Iya mas, ati-ati di jalan ya” katanya sambil mengantarku keluar dari ruang tamu.
No comments:
Post a Comment